JAKARTA (NTT Darita) - Sebulan lagi, tepatnya 19 April bulan depan, putaran kedua Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta digelar.
Kedua pasangan calon (Paslon) sama-sama berpeluang menang (fifty fifty). Paslon Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat bisa menang tapi butuh dukungan tambahan partai politik.
Sementara Paslon Anies Baswedan-Sandiaga Uno semakin mempesona ditengah sentimen primordial dan agama yang terus digaungkan ke ruang publik.
Saat ini, Ahok-Djarot didukung PDIP, Golkar, Nasdem, dan Hanura. Sementara Anis-Sandy didukung Gerindra, PKS, dan PAN.
PKB dan PPP masih netral, sementara Demokrat sudah tegaskan tidak dukung Ahok juga Anis. Demokrat tidak bergairah karena calonnya Agus-Sylvi kalah telak di pemilihan putaran pertama.
Yang masih dicermati adalah apakah dukungan Tommy Soeharto (keluarga Cendana) akan positif untuk Anis-Sandy? Demikian juga dukungan FPI, organisasi Islam garis keras.
Tampaknya PPP dan PKB yang berbasis NU, organisasi Umat Islam terbesar di negri ini, enggan mendukung Anis-Sandy karena tak mau dinilai dukung FPI juga PKS. PAN dengan basis Muhammadiyah juga mendukung Anis-Sandy.
Sabtu, 18 Maret 2017
Rabu, 01 Maret 2017
400 Warga NTT Korban Bisnis Pandawa, Dua Pengacara NTT Gugat di Jakarta
JAKARTA (NTT Darita) - Dua pengacara muda asal Nusa Tenggara Timur (NTT), Tobby Ndiwa, SH dan Bram Alaala, SH, menggugat pemilik koperasi Pandawa karena terbukti menipu sekitar 400 warga NTT puluhan miliar.
"Kami saat ini lakukan pendampingan laporan polisi bersama 49 orang korban investasi Pandawa Group di Polda Metro Jaya, DKI Jakarta," ujar Tobby Ndiwa kepada Redaksi NTT Darita hari ini.
Jumlah korban di NTT, menurut Tobby, sekitar 400 orang. Warga NTT yang jadi korban terutama domisili Jakarta, Bandung, Surabaya.
Banyak sumber mengatakan sebagian korban investasi Pandawa ini banyak terlilit hutang ke bank karena mereka meminjam uang dari bank untuk berinvestasi di Pandawa. Ada anggota yang titipkan dananya di koperasi Pandawa hingga Rp2 miliar.
Beruntung salah satu nasabah segera menarik kembali dananya sebesar Rp1,5 miliar saat pihak Pandawa menurunkan keutungan nasabah jadi 5%, dari semula 10%, setelah dipanggil OJK (Otoritas Jasa Keuangan).
Sebuah komunitas Masyarakat Anti Ponzi (MAP) menegaskan jika model investasi Pandawa itu mirip ponzi. Investasi Pandawa berkembang pesat sejak 2015. Bisnis mirip ponzi lainnya seperti PONZY COMPACT500, ILC, KOBAS, KupaKupi, A&B, d4F, DBS, koperasi langit biru, dan lainnya.
"Kami saat ini lakukan pendampingan laporan polisi bersama 49 orang korban investasi Pandawa Group di Polda Metro Jaya, DKI Jakarta," ujar Tobby Ndiwa kepada Redaksi NTT Darita hari ini.
Jumlah korban di NTT, menurut Tobby, sekitar 400 orang. Warga NTT yang jadi korban terutama domisili Jakarta, Bandung, Surabaya.
Banyak sumber mengatakan sebagian korban investasi Pandawa ini banyak terlilit hutang ke bank karena mereka meminjam uang dari bank untuk berinvestasi di Pandawa. Ada anggota yang titipkan dananya di koperasi Pandawa hingga Rp2 miliar.
Beruntung salah satu nasabah segera menarik kembali dananya sebesar Rp1,5 miliar saat pihak Pandawa menurunkan keutungan nasabah jadi 5%, dari semula 10%, setelah dipanggil OJK (Otoritas Jasa Keuangan).
Sebuah komunitas Masyarakat Anti Ponzi (MAP) menegaskan jika model investasi Pandawa itu mirip ponzi. Investasi Pandawa berkembang pesat sejak 2015. Bisnis mirip ponzi lainnya seperti PONZY COMPACT500, ILC, KOBAS, KupaKupi, A&B, d4F, DBS, koperasi langit biru, dan lainnya.
Langganan:
Postingan (Atom)