Fairyzie |
Pesta Reba telah digelar di Jakarta setiap tahun dalam tiga tahun terakhir ini. Yang spesial dari Pesta Reba tahun ini yakni pembangunan replika rumah adat (Sa'o Ngada) di anjungan NTT TMII.
Karena dengan ini (rumah adat), kami bisa melihat mahakarya nenek moyang dari dekat, tulis Hendrikus Yohanes di laman facebooknya.
Fairyzie menulis di blog pribadinya (fairyzie.blogspot.co.id) demikian. FYI, untuk yang Muslim jangan kecewa karena sebagian makanan yang tersedia (saat Pesta Reba) adalah haram. Makanan di Pesta Reba dikenal sebagai Maki Reba (nasi Reba).
Pengalaman saya mengikuti acara ini hanya makan nasi putih sebagai penghormatan kepada tuan rumah. Ada banyak pantangan, salah satunya tidak boleh menolak ajakan makan jika diundang oleh tuan rumah. Namun masyarakat sudah cukup maklum kalau tamunya hanya bisa makan nasi, dan mereka meminta maaf. Tidak ada paksaan untuk mengkonsumsi daging haram dan meminum 'moke'. Living in harmony, yeah! ^_^
Fairyzie menamakan dirinya Uge (gadis) kampung Langa saat menghadiri Pesta Reba di sebuah kampung di Ngada awal tahun 2015. Fairyzie melukiskan Pesta Reba sebagai upacara yang penuh sukacita, sebagai titik refleksi, kontemplasi serta reuni masyarakat.
Sehari sebelum perayaan Reba dimulai, dilaksanakan upacara pembukaan Reba (su‘i uwi). Pada malam su‘i uwi dilakukan acara makan minum bersama (ka maki Reba) sambil menunggu pagi. Pada pagi harinya, ketika upacara berlangsung, para tamu disediakan makanan dan minuman yang sudah matang dan siap dimakan. Reba adalah open house se-kampung! Semua rumah disediakan makanan dan minuman dan membebaskan siapa saja untuk datang dan makan bersama dalam suka cita. selama Reba berlangsung dapur terus mengebul dan masakan harus tetap ada untuk para tamu. (Fairyzie)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar