JAKARTA (NTT Darita) - Tokoh pers Indonesia, Siti Latifah Herawati Diah, telah berpulang Jumat pekan lalu di usianya yang ke-99, usia yang tentu panjang berkat Penyelenggaraan Allah sendiri. Bersama dengan suaminya, Burhanudin Muhamad (BM) Diah (Menteri Penerangan 1966-1968), pada 1 Oktober 1945 atau tepat 71 tahun yang lalu, Herawati mendirikan surat kabar Harian Merdeka.
Tak tahu apakah surat kabar Merdeka masih terbit hingga hari ini, tapi memang banyak surat kabar yang muncul belakangan memilih nama yang sama, seperti Suara Merdeka dan Rakyat Merdeka. Nama Merdeka itu tentu paling fenomenal, dan Harian Merdeka rutin menyuarakan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Sebelum kemerdekaan, juga telah ada Harian Benih Merdeka (1918) dan Sinar Merdeka (1922).
Berita-berita yang ditampilkan Harian Merdeka berisi kobaran semangat dan bertujuan merawat cita-cita akan kemerdekaan. Harian Merdeka juga mengklaim bernafaskan perjuangan, menjunjung tinggi nasionalisme dan idealis murni, berani melakukan kontestasi dan berani bersaing. Herawati Diah dikatakan tidak menjadikan idealismenya untuk mencari nafkah karena punya sumber lain untuk nafkahnya.
Untuk menyuarakan Indonesia di forum dunia, Herawati dan BM Diah mendirikan koran berbahasa Inggris, Indonesian Observer, pada 1 Oktober 1955 atau 61 tahun yang lalu. Koran ini telah berhenti terbit sekitar tahun 2000-an. Herawati juga menerbitkan Majalah Topik dan Majalah Keluarga.
Herawati Diah adalah perempuan jurnalis dari masa awal republik ini berdiri hingga kini. Sosok wanita ini dipandang sebagai sosok perempuan intelektual, yang halus, tenang, tabah dan berwibawa, serta ramah. Media internasional menjuluki Herawati sebagai tokoh perintis dalam jurnalisme Indonesia.
Herawati Diah juga dikagumi banyak orang karena mau bergaul dengan segala usia dan tidak pernah tidak aktif, seakan usia bukan menjadi halangan. Di usia di atas 80 tahun pun, Herawati Diah masih rutin bermain bridge, pobo-poco, dan selalu mengikuti berbagai kegiatan. Hidup hingga hampir 100 tahun, Herawati Diah telah mengajarkan banyak orang bagaimana melawan pikun.
Ada yang mengatakan Herawati Diah pantas menjadi contoh perempuan Indonesia yang mandiri, tegar, berhati keras, pandai, punya pendirian dan tetap bertutur bahasa dengan halus dan santun. Di masa reformasi, Herawati Diah membentuk gerakan agar para perempuan ikut dalam pemilihan umum, selaras dengan perjuangan yang dicita-citakan oleh RA Kartini.
Herawati Diah sangat terkenal pada dekade 1960an. Dan wartawan pada umumnya di masa lalu adalah orang-orang yang terdidik, disiplin, dan teratur, tercermin dari pilihan-pilihan kata dalam pemberitaan yang dihasilkan. Sehingga media dengan segala dinamikanya tetap bisa menjadi corong republik.
Herawati Diah tentu punya cara sendiri memelihara karunia Illahi dengan begitu apik. Banyak orang mendapat berkah kecerdasan yang sama, tapi, hanya segelintir yang mensyukuri dengan berusaha memeliharanya sepenuh hati..seperti Herawati Diah.
Harian Merdeka dikenal sebagai koran perjuangan, koran bergengsi, bukan koran yang terjebak oleh bisnis dan industrialisasi. Merdeka adalah sebuah koran idealisme yang tidak tergantikan. Pada eranya, apa yang dimuat melukiskan perbedaan, namun tetap satu tujuan untuk Indonesia.
Koran sebagai sebuah media dan industri tidak mencampuri urusan redaksional. Pemilik media tidak membatasi kreativitas dan temuan wartawan di lapangan. Ada yang menyebut Merdeka, sebuah koran dengan dinamika Pancasila yang sejati. Dan Herawati Diah dijuluki sebagai Ibu Bangsa, Ibu kaum jurnalis profesional Indonesia.
IndonesiaSatu.co
Sosok Herawati Diah tentu sosok fenomenal di jamannya karena tak banyak bisa mengembangkan media yang menjunjung idealis murni itu. Apalagi di era teknologi canggih sekarang ini, dengan munculnya media online (internet), koran online (e-paper), juga media sosial dengan berbagai fitur berita yang disajikan.
Valens Daki-Soo, sosok yang bisa saja selaras dengan sosok Herawati Diah. Meski banyak profesi yang digeluti (politisi, intelektual, pengusaha, dan pemilik media online IndonesiaSatu.co), Valens tetap bisa bergaul dengan segala usia. Dia sangat dikagumi karena segala karya dan perspektif nalar yang begitu menginspirasi banyak orang.
(Valens) bisa orasi sambil nyanyi, bisa garang tapi dengan senyum sumringah yang membakar audiens," tulis Wilfridus Yons Ebit, tokoh muda NTT yang populer di Jakarta saat ini, di laman facebooknya. Valens tidak pernah lupa menutup penampilannya ketika orasi, berpuisi, bernyanyi, berpidato, dengan memekik kata MERDEKA, kata yang memiliki daya magis paling super itu.
Tentang Herawati Diah, situs online IndonesiaSatu.co menulis, mengutip Herawati Diah, pekerjaan jurnalisme menuntut kecintaan pada pekerjaan dan membutuhkan ketaatan terhadap hati nurani.
Menulislah dengan getar nurani dan panduan budi, sedemikian indah. Menulis, setidaknya bagiku, adalah (salah satu) cara "merayakan kehidupan". Saya menulis karena itulah (salah satu) cara berbagi. Kalau ada yang terpanggil untuk melakukan kritik lewat tulisan, itu juga baik dan penting karena hidup sering butuh pelurusan dan koreksi. Menulislah, karena tulisan Anda adalah jejak tapak kaki Anda yang bisa diikuti anak cucumu, kalau bukan hari ini, ya nanti." Demikian Valens Daki-Soo menulis di laman facebooknya.
IndonesiaSatu.co mengklaim dirinya sebagai sarana berbagi berita/informasi, opini dan refleksi. Sejak terbit 1 Desember 2015, jumlah visitornya telah melampaui 1 juta. IndonesiaSatu.co bernaung di bawah bendera PT Veritas Dharma Satya (VDS), perusahaan milik Valens Daki-Soo yang berbasis di Jakarta, berdiri 2011. VDS punya beberapa unit bisnis seperti Training & Consulting (VDS Consulting), Human Resources Management (Outsourcing), Publishing, dan Security Services (dengan bendera "VDS Security").
Tidak ada komentar:
Posting Komentar