Jumat, 18 November 2016

Memilih mereka sebagai guru minoritas di tengah dominasi mayoritas

Oleh Beny Daga *)

Beruntungnya saya, bisa hidup pada masa dimana saya mengenal sosok - sosok hebat dalam diri alm. KH. Gus Dur, KH. Maimien Zoebir, mengenal Buya Syafi'i Maarif, mengenal, alm. KH Zainudin MZ, mengenal alm. KH Ali Mustafa Yaqkoeb, mengenal KH. Hazim Muzadi, mengenal alm. Nurcholis Madjid, mengenal KH. Muhammad Quraish Shihab dan masih banyak tokoh besar muslim lainnya.

Mereka - mereka ini pribadi yang santun dan disegani. Bukan sebatas dilihat sebagai alim ulama, tetapi ditengah mayoritasnya yang datang dari berbagai kelompok dan etnis, mereka hadir membawa spirit kebangsaan yang tidak bisa ditawar lagi.

Mereka itu representatif dari tokoh muslim yang mulia hatinya dan mulia juga perbuatannya, dimata saya yang lahir dari kelompok minoritas di negeri ini mereka adalah orang - orang terhormat yang layak diatas panggung kebangsaan. Mereka mengajarkan kepada saya apa artinya hidup ditengah dominasi mayoritas, mereka juga bahkan mengajarkan saya bagaimana sebaiknya saya menerima perbedaan dalam bingkai persatuan.
Sebagaimana kehadiran mereka menjadi perekat atas kemajemukan, ajaran merekapun menjadi warisan mulia yang mampu menembus sekat dan batas perbedaan. Mereka tokoh bangsa, mereka praktisi kemanusiaan, mereka deretan tokoh yang harus terus terus dikenang.

Ya, mereka - mereka inilah gambaran keindonesiaan yang sebenarnya! Dari mereka juga saya masih harus terus belajar, belajar dan belajar. Merekalah guru kehidupan saya sebagai minoritas ditengah dominasi mayoritas.

*) Penulis adalah pengacara, tinggal di Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar