Sabtu, 10 Desember 2016

Gus Nuril Arifin: Wartawan sekarang goblok-goblok


JAKARTA (NTT Darita) - Gus Nuril Arifin, pendukung setia mantan presiden Gus Dur juga tokoh dari Nahdatul Ulama (NU), berbicara keras tentang situasi bangsa yang saat ini di ambang kehancuran.

Gus Nuril secara terbuka menyerang media dan wartawan sebagai biang pemicu konflik politik, sosial, dan agama akhir-akhir ini.

Menurut Gus Nusril, kasus dugaan penistaan agama Islam oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahya Purnama (Ahok) telah menciptakan pertarungan antara etnis, bangsa, suku, agama. Pertarungan ini pun telah merebak ke mana mana di tanah air ini.

Gus Nusril menuding media dan wartawan turut menciptakan chaos nasional karena cenderung dan aktif menyebarkan informasi terkait konflik, sara, kemanusiaan (human interest).

Tudingan Gus Nusril bisa saja dipertegas oleh perilaku media dan wartawan jaman sekarang yang suka membuat pemberitaan tentang konflik, isu agama (sara). Media televisi pun senang hadirkan narasumber tidak bermutu, cenderung kontroversial, hanya untuk kepentingan menarik jumlah pemirsa.

"Ini bangsa sudah di ambang kehancuran. Wartawan goblok-goblok buat pertanyaan," ujar Gus Nuril seperti dikutip dari facebook Rappler Indonesia.

Saatnya media dan wartawan wartakan kebenaran bahwa Indonesia memanggil, kilah Gus Nuril. "Media dan wartawan ikut membantu menyadarkan kembali jiwa kebangsaan kita."

Sebagai guru para santri di desa, Gus Nuril fokus mengajarkan budi pekerti agar generasi muda Indonesia memiliki akhlak.

"Bagaimana anda mengaku beragama kalo tidak bisa mendidik anak dengan aklak budi pekerti. Orang yang tidak punya aklak dan budi pekerti, berarti tidak punya agama," tandas Gus Nuril.

Gus Nuril juga menyesalkan jika hampir semua agama di Indonesia saat ini justru mengajarkan kemunafikan. Pengikutnya belajar agama tidak matang. Jadi pemimpin, rekrutimennya juga tidak matang, ditambah dengan sentimen-sentiment rebutan jabatan.

Forum Kerukunan Beragama (FKB), oleh Gus Nuril, dinilai untuk menghabiskan dana dari pemerintah. Karena barisan umat di bawahnya justru menceritakan tentang permusuhan.

"Kita butuh lembaga pendidikan modal dan akhlak di negri ini, agar generasi bisa mengenal kembali Pancasila, budaya gotong royong, dan Bhineka Tunggal Ika," pungkas Gus Nuril.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar