JAKARTA (NTT Darita) - Banyak nasihat untuk bangsa ini memelihara kedamaian dan persatuan sebagai bangsa Indonesia, bangsa dengan begitu banyak perbedaan. Bulan November dan Desember tahun ini adalah saat dimana ujian berat itu datang.
Redaksi NTT Darita pun mendapat kiriman nasihat dari seorang pembaca Muslim, ada 12 nasihat. Pesan sangat kuat tersirat, bahwa NTT meski terus mempertahankan contoh terbaik untuk negri ini sebagai wilayah dengan tingkat kerukunan beragama paling hebat, terbaik karena jadi teladan untuk sikap toleransi antar umat beragama.
Ada aksi 4 November 2016, terkait tuduhan penistaan agama oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahya Purnama (Ahok). Kemudian aksi 2 Desember 2016, aksi Bela Islam super damai, dimana jutaan umat Muslim melakukan doa dan Syalat Jumat bersama di wilayah Monas hingga Thamrin, Jakarta.
Untuk sehari itu (2 Desember), wilayah Monas dan Thamrin seolah menghadirkan suasana Kota Mekkah di Jakarta, tulis seorang artis Muslim di akun twitternya. Negri ini pun panik, maka ribuan warga Jakarta dan sekitarnya merespon dengan aksi-aksi bela persatuan dan kerukunan, meski segelintir menilainya sebagai aksi tandingan.
Marsel Ado Wawo, tokoh NTT di Jakarta, bersama beberapa tokoh NTT lainnya, tampil di depan dan memobilisasi ribuan warga NTT untuk gelar parade Kebangsaan hari ini (4 Desember) di bundaran Hotel Indonesia Jakarta, bergabung dalam aliansi Nusantara.
"Mari kita bersama-sama kembali mendeklarasikan perjuangan kita, Satu Bangsa dalam kerangka NKRI, Pancasila, UUD 1945 dan Bhineka Tunggal Ika," tulis Marsel di laman facebook.
Presiden Jokowi dan semua warga negara Indonesia dari Sabang hingga Merauke tentu tidak meremehkan aksi-aksi di November dan Desember itu. Masalah besar ini bisa mengarah pada disintegrasi bangsa, meski sebagian orang menikmatinya sebagai isu yang jadi trending topik dunia.
Mari berpikir bersama untuk NKRI (negara kesatuan republik Indonesia), dan paling utama dan terutama adalah JANGAN saling MENISTA. Jika ada yang melakukan itu maka wajib diadili karena keadilan harus ditegakkan demi NKRI.
Jika NKRI dalam bahaya, mau berpaling ke mana lagi? Tinggal berharap bahwa kita bukan barisan para pengecut. Mayoritas itu modal untuk kebhinekaan, hanya para pengecut yang masih terus menaruh curiga.
Bangsa yang masih punya akal sehat tentu akan lakukan hal yang benar, tidak menggantungkan nasib pada barisan oportunis.
Epi Embu Agapitus, tokoh NTT di Jakarta juga petinggi di Mabes TNI Angkatan Udara, merekomendasikan agar yang Mayoritas mengayomi sedangkan yang Minoritas memposisikan diri secara proporsional, kata kunci sebagai etika berbangsa dan bernegara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar