JAKARTA (NTT Darita) - Pengamat politik Frans Dorelagu tetap yakin pasangan calon (Paslon) Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat memenangkan putaran kedua Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta meski sebagian besar publik Indonesia meragukannya.
Ada 2 faktor utama, kata Frans, menjadi kunci kemenangan Ahok-Djarot di putaran kedua yang akan digelar tanggal 19 April nanti. Pertama, pemilih mayoritas (Muslim) terbukti lebih banyak memilih Paslon 2 (Ahok-Djarot) di pemilihan putaran pertama, ditandai oleh kemenangan dengan angka 43%, dibanding Paslon 3 (Anis-Sandy) dengan jumlah suara 39% dan Agus-Sylvi 17%.
Hasil putaran pertama, kata Frans, membuktikan bahwa pemilih mayoritas adalah kelompok pemilih rasional karena lebih menekankan pada aspek program, kerja nyata, dan kualitas. Meski masih ada kelompok pemilih sosiologis yang cenderung melihat aspek kultur, etnis, dan agama, jumlah pemilih sosiologis ini tidak dominan.
Ada fakta lain yang menunjukkan, lanjut Frans, bahwa walaupun gelombang demonstrasi dibangung oleh kepentingan elit politik untuk mendegradasi paslon tertentu, terbukti dalam Pemilihan Gubernur DKI tanggal 15 Februari 2017, pemilih Muslim lebih banyak memilih paslon 2 karena mereka sangat apresiasi pada program yang ditawarkan paslon 2 serta eksekusi-eksekusi program yang sudah dilaksanakan selama ini.
Frans menambahkan dukungan bagi Ahok-Djarot bisa saja datang dari pemilih Agus-Sylvi, terutama constituent dari partai pendukung Agus-Sylvi seperti PPP, PKB, dan PAN. Fraksi PPP di bawah kepemimpinan Djan Faridz telah mendukung Ahok-Djarot. PPP juga tergabung dalam koalisi Jokowi, maka PPP tentu akan hati-hati sebelum memutuskan mendukung Anis-Sandy misalnya.
Demikian juga dengan PKB yang juga tergabung dalam koalisi Jokowi. Keputusan PPP dan PKB untuk mendukung Anis-Sandy tentu akan mengorbankan portofolio politik di senayan dan kabinet Jokowi. PAN pun harus berpikir dua kali untuk mendukung Anis-Sandy karena PAN juga termasuk dalam koalisi Jokowi. Tampaknya, PPP, PKB dan PAN ada keengganan mendukung Anis-Sandy karena PKS yang memimpin koalisi untuk Anis-Sandy. Muhammadyah dan NU, di dalamnya adalah anggota PAN, PPP, PKB, mungkin juga tidak memilih mendukung Anis-Sandy karena PKS adalah partai Muslim garis keras.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar