Sabtu, 02 Desember 2017

Aloysius Madja-Calon Gubernur: NTT, Propinsi Salah Urus


DEPOK (NTT Darita) - Publik NTT berharap pada pemimpin baru (gubernur-wakil gubernur) untuk mengubah stigma buruk NTT, bertahun-tahun menyandang predikat propinsi paling korup, kinerja birokrasi paling rendah, akibatnya jadi propinsi paling miskin di negri ini.

Sumber NTT Darita dari Kementrian Keuangan mengatakan sudah triliunan dana APBN diguyur ke NTT tapi perkembangan dan kemajuan ekonomi tidak signifikan atau biasa-biasa saja karena faktor salah urus, selain memang banyak dana yang bocor (baca: dikorupsi).

Aloysius Lele Madja, mantan Duta Besar Indonesia untuk Chile, punya refleksi sendiri berikut inspirasi baru untuk membangun NTT lebih baik.

"Saya optimis NTT bisa berkembang lebih baik karena potensi sumber daya manusia (SDM) yang besar, termasuk memberdayakan potensi sumber daya alam yang minus itu," ujarnya saat diwawancara Redaksi belum lama ini.

Aloysius Madja, berbekal pengalaman dalam manajemen pemerintahan di tingkat pusat, juga pengalaman membangunan hubungan luar negeri di Australia dan Chile termasuk di dalamnya mengembangkan akses pasar bagi produk-produk Indonesia, merasa mantap untuk mengabdikan diri sebagai pemimpin (Gubernur) di NTT.

Aloysius Madja prihatin karena masyarakat NTT tampak dibiarkan terus terpuruk karena pemimpin yang ada tidak fokus pada aspek pemberdayaan masyarakat. Masyarakat sendiri tidak tahu akan hak dan kewajibannya.

"Pemimpin mesti tahu betul apa yang dibutuhkan masyarakat karena itu mengarah pada perencanaan pembangunan. Perencanaan pun harus terukur, dan dana mesti digunakan tepat sasaran," jelasnya.

Terhadap korupsi, Aloysius Madja tegas akan ciptakan efek jera (shock therapy) bagi para koruptor, selain melakukan evaluasi dan kontrol yang ketat pada penggunaan anggaran.

"Penerapan teknologi e-budgeting akan kurangi semua kebocoran (dana) yang terjadi karena konsep ini sangat transparan. Transparansi dan keterbukaan mesti jadi aspek utama yang ditegakkan dan dipertahankan dalam hal manajemen anggaran," papar Aloysius Madja.

Salah satu pengamat sosial dan budaya NTT di Jakarta berharap warga NTT tidak memilih pemimpin karena sentimen etnis atau daerah, tapi memilih pemimpin yang bisa memberi solusi dan punya ketulusan hati untuk melayani dan membangun NTT lima tahun ke depan.

"Kita orang NTT pintar-pintar, calon gubernur NTT saat ini juga punya modal intelektual yang mumpuni termasuk pengalaman sebagai pemimpin dan rekam jejak (track record) yang memadai. Namun sangat sedikit yang punya ketulusan hati untuk melayani penuh totalitas, apalagi jika aspek moral pemimpin tidak mendukung," papar sumber itu.

Aloysius Madja (54), selain dikenal sangat low profile, memiliki kemampuan diplomasi, modal untuk mengembangkan kerja sama lebih agresif dengan negara terdekat Australia misalnya. Lahir di Ngada, Flores, NTT, Aloysius Madja sudah berkarier di Departemen Luar Negeri RI selama 23 tahun.

Dia sudah malang melintang di sejumlah negara seperti Rusia, Jerman, Italia, Hungaria, Australia. Aloysius Madja senantiasa menarik perhatian media luar negeri karena kefasihannya menguasai banyak bahasa asing (Poliglot).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar