Rabu, 08 Juni 2016

Kolonel Epi Embu Agapitus: Bangun NTT dari Udara?


JAKARTA (NTT Darita) - Media sosial, terutama Facebook, juga youtube membuat saya mengenal sosok hebat ini, Epi Embu Agapitus. Dia bukan musisi, tapi lewat lagu, Kepala Staf Angkatan Udara (AU) RI ini mengajak publik penikmat musik sadar akan pentingnya udara/angin (wind) bagi kehidupan.

Epi Embu tidak latah menciptakan karya musik sekedar memanfaatkan teknologi musik digital, tapi lagu dan musik yang digubahnya syarat refleksi tentang hidup.

Menanam, menjual hasil tanaman, dan mengisi makanan untuk perut, itulah ilmu ekonomi yang telah dilakoni dengan sangat baik oleh warga NTT umumnya, terutama yang tinggal di desa, cerita Epi Embu dalam lagunya.

Tentang pulau Sumba, puncak gunung Wanggameti adalah lambang keagungan dan padang sabana dihiasi kuda Sandelwood. Demikian Epi Embu melukiskan lewat lagu. Berselancar di pantai Nihiwatu, menambah keindahan pulau Sumba. Karena itu eksotik pulau Sumba memikat dunia. Tidak berlebihan jika pulau Sumba jadi paradise dunia.

Tentang flores, Epi Embu wartakan bahwa pulau ini punya alam yang mempesona, insan Flores berbudaya, ramah dan bersahaja. Demikian Flores dikenal sebagai nusa bunga yang memikat dunia dan menjadi magnet bagi wisatawan.

Flobamorasta, kata Epi Embu, adalah propinsi dengan banyak bukit berbunga, semilir angin berhembus, udara yang segar, taman laut nan indah, flora fauna kaya beragam. Insan Flobamorasta itu ramah dan ceria dan semua bersaudara.

Tidak luar biasa ungkapan hati dan pikiran Epi Embu tentang NTT dan keindahannya, karena tokoh elit di militer Indonesia asal NTT ini memang gampang mendapat deskripsi tentang daratan NTT dari udara (pesawat atau helikopter TNI AU).

Beralasan jika Epi Embu merasa penting kumandangkan aksi "Go Green" juga lewat lagu, karena dari udara tampak jelas betapa daratan NTT dan Indonesia sudah sangat kering, tandus, minim kawasan hijau.

Masa ganti masa manusia berulah. Dunia semakin menggoda, demi kenikmatan, kuasa dan
harta. Akibatnya gersang menerjang, panas membara, harus diderita bumi persada ini.

"Wind of Change I Believe, angin perubahan saya yakin datang menghampiriku," demikian sepenggal syair Epi Embu dari lagunya berjudul WIND.

Lewat lagu ini, Epi Embu ingin menegaskan lagi bahwa hidup butuh udara (angin). Tak ada kehidupan tanpa udara, dia adalah segalanya.

Di mata militer, terutama angkatan udara, manusia dan bumi ini jauh lebih gampang dibantu atau diselamatkan dari udara. Memang lebih indah dan lebih detil melihak negri ini dari udara. Tidak sulit menyelamatkan korban pesawat jatuh dari tengah hutan rimba.

Tidak susah membawa bantuan makanan bagi mereka yang di pengungsian karena jauh dari akses komunikasi dan jalan darat. Jika ada kawasan hutan yang terbakar, pasukan udara akan beraksi memadamnya dari atas. Jika bumi ini terlalu panas, maka pasukan udara segera sebarkan hujan buatan.

Epi Embu punya pengalaman terbang di udara, menjangkau dunia. Dia belajar khusus tentang hubungan internasional dan manajemen risiko.

Epi Embu juga dipilih sebagai juru runding RI untuk kasus Gerakan Aceh Merdeka (GAM) pada 2003. Pada 20 tahun lalu, Epi Embu ikut mengawasi gencatan senjata dalam misi Operasi Pemeliharaan Perdamaian Dunia UNOMIG/PBB di pegunungan Kaukasus Rusia.

Sejak November 2014, Epi Embu ditunjuk sebagai Kepala Staf Angkatan Udara untuk menempati jabatan baru Kolonel Pemantapan sebagai Kepala Bidang Kerjasama Internasional dan Antar Lembaga, Badan Instalasi Strategis Nasional (Bainstranas) Kementerian Pertahanan RI, berlokasi di Bukit Merah Putih Sentul.

Organisasi baru ini didirikan atas prakarsa Presiden SBY; membawahi 7 (tujuh) lembaga (seven in one), yaitu Pusat Operasi Pemeliharaan Perdamaian Dunia; Badan Nasional Penanggulanagan Terorisme; Badan Nasional Penanggulangan Bencana; Badan Nasional Penanggulangan Perbatasan; Stand By Force (Pasukan Siap Operasi Misi PBB; Pusat Bahasa Diplomasi dan Universitas Pertahanan RI.

Pak Epi Embu, seperti Komodo yang tak lagi merasa hidup di dunia yang liar (wildworld), bumi NTT sangat berharap negara melindunginya dari persoalan gizi buruk untuk anak-anak NTT, bahaya narkoba untuk generasi muda, perdagangan manusia (human trafficking), dan virus brengsek korupsi.

Jika pak Epi Embu ingin pulang nanti, barisan nyiur di Flobamorasta akan melambai menyambutmu, apalagi nyiur di Nagekeo dan Mundemi.

NTT butuh pemimpin yang disiplin (patuh terhadap suatu norma/aturan), bermoral baik, punya semangat kelompok (team work), dan fokus pada efisiensi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar